Jumat, 26 September 2014

Jika luka dan kecewa akan..
menjadi masa lalu pada akhirnya..
mengapa di biarkan meracuni jiwa..
sedangkan ketabahan dan kesabaran lebih utama..

                                         Orang yang Dapat Kita Percayai
”Janganlah percaya kepada para bangsawan, ataupun kepada putra manusia, yang padanya tidak ada keselamatan,” tulis sang pemazmur. Pernyataan terilham ini membantu kita mengakui bahwa banyak orang tidak layak mendapatkan kepercayaan kita. Bahkan orang-orang yang sangat dihargai sebagai ”para bangsawan” dunia ini, seperti para pakar dalam bidang khusus tentang pengetahuan atau aktivitas, tidak secara otomatis layak mendapatkan kepercayaan kita. Bimbingan mereka sering kali dapat keliru, dan kepercayaan kepada ”para bangsawan” semacam itu dapat cepat berubah menjadi kekecewaan.
Tentu saja, hal itu hendaknya tidak membuat kita tidak mempercayai siapa pun. Namun, kita memang perlu selektif sewaktu memilih orang-orang yang kepadanya kita menaruh kepercayaan kita. Kriteria apa yang hendaknya kita gunakan? Suatu contoh dari bangsa Israel zaman dahulu dapat membantu kita. Ketika ada kebutuhan untuk melantik individu-individu yang akan mengemban tanggung jawab berat di Israel, Musa dinasihati untuk ”memilih dari antara seluruh bangsa itu pria-pria yang cakap, yang takut akan Allah, pria-pria yang dapat dipercaya, yang membenci keuntungan yang tidak benar”. Apa yang dapat kita pelajari dari hal itu?
Pria-pria itu telah memperlihatkan sifat-sifat saleh tertentu sebelum dilantik untuk kedudukan yang dipercaya. Mereka telah memberikan bukti bahwa mereka takut akan Allah; mereka memiliki rasa hormat yang sehat kepada sang Pencipta dan rasa takut untuk tidak menyenangkan Dia. Siapa pun dapat melihat dengan jelas bahwa pria-pria ini berupaya sebisa-bisanya untuk menjunjung standar-standar Allah. Mereka membenci keuntungan yang tidak benar, yang mengindikasikan kekuatan moral yang akan mencegah akhlak mereka menjadi rusak karena kekuasaan. Mereka tidak akan menyalahgunakan kepercayaan guna memajukan kepentingan pribadi atau kepentingan sanak saudara atau teman-teman mereka.
Bukankah bijaksana bagi kita untuk menggunakan kriteria yang serupa dewasa ini sewaktu memilih orang-orang yang kepadanya kita menaruh kepercayaan kita? Apakah kita mengenal individu-individu yang perilakunya memperlihatkan bahwa mereka takut akan Allah? Apakah mereka bertekad mempertahankan standar-standar Allah dalam tingkah laku? Apakah mereka memiliki integritas untuk menahan diri dari melakukan hal-hal yang tidak benar? Apakah mereka memiliki kejujuran untuk tidak memanipulasi suatu keadaan demi keuntungan mereka sendiri atau guna mendapatkan apa yang mereka inginkan? Pastilah pria dan wanita yang memanifestasikan sifat-sifat seperti itu layak mendapatkan kepercayaan kita.
Jangan Menjadi Tawar Hati oleh Kekecewaan Tertentu
Untuk memutuskan siapa yang dapat kita percayai, kita harus sabar, karena kepercayaan diperoleh setelah melewati suatu jangka waktu. Haluan yang bijaksana ialah mengulurkan kepercayaan kita kepada seseorang secara bertahap, langkah demi langkah. Caranya? Nah, kita dapat mengamati tingkah laku seseorang selama suatu jangka waktu, memperhatikan cara ia bertindak dalam keadaan tertentu. Apakah orang itu dapat dipercaya dalam hal-hal kecil? Misalnya, apakah ia mengembalikan barang-barang sesuai dengan janji dan apakah ia tepat waktu dalam rencana pertemuan? Jika demikian, kita dapat dengan aman mengulurkan kepercayaan kita kepadanya dalam urusan yang lebih serius. Hal ini sesuai dengan prinsip, ”Orang yang setia dalam perkara kecil juga setia dalam perkara besar.” Sikap selektif dan sabar dapat membantu kita menghindari kekecewaan besar.
Namun, bagaimana seandainya seseorang mengecewakan kita? Para pelajar Alkitab akan mengingat kembali bahwa pada malam Yesus Kristus ditangkap, ia sangat dikecewakan oleh rasul-rasulnya. Yudas Iskariot mengkhianati dia, dan yang lain-lain lari ketakutan. Petrus bahkan menyangkal Yesus tiga kali. Tetapi, Yesus paham bahwa hanya Yudas yang bertindak dengan sengaja. Dikecewakan pada saat genting semacam itu tidak mencegah Yesus untuk meneguhkan kembali kepercayaannya kepada ke-11 rasul yang tersisa hanya beberapa minggu kemudian. Demikian pula, jika kita merasa dikhianati oleh seseorang yang kita percayai, kita sebaiknya mempertimbangkan masak-masak apakah tindakan yang tampak seperti pengkhianatan itu adalah bukti semangat yang tidak dapat dipercaya atau kelemahan daging sesaat.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar